KONSEP METODE SOROGAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER SANTRI

DI PONDOK PESANTREN ASSALAFIYAH SIDAMULYA

Menurut KBBI metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai suatu maksud sesuai dengan apa yang dikehendaki, adapun metode pembelajaran adalah suatu cara yang teratur untuk melaksanakan proses pembelajaran agar mendapatkan hasil belajar yang diharapkan. Hasil belajar yang dikmaksudkan di sini adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya, Menurut Winkel “Dikutip Oleh Purwanto, 2010”. Makasud hasil belajar yang diharapkan oleh Winkel adalah adanya perubahan sikap peserta didk yang kurang baik prilakunya menjadi baik.

Lembaga Pendidikan Islam Pondok Pesantren Assalafiyah Sidamulya sekurang-kurangnya ada tiga metode pembelajaran yang diterapkan, yang pertama  metode cocogan atau bandungan, yang kedua Metode Menghafal (Muhafadzoh), ketiga metode wetonan, yang ketiga metode sorogan.

  1. Metode cocogan atau Bandungan adalah persiapan proses belajar yang dilakukan oleh santri junior kepada seniornya, untuk mencocokan atau mengkoreksi bacaan santri juniornya yang nantinya akan dibacakan kepada ustadz atau kiainya, kemudian setelah selesai dicocokan baru disetorkan atau diajukan ke ustaznya atau ke kyainya.
  2. Metode Menghafal (Muhafadzoh) adalah proses kegiatan belajar yang dilakukan para santri untuk mengingat teks-teks yang pernah dikaji atau disampaikan oleh ustadz/kiai.
  3. Metode wetonan Menurut M. Sulthon Masyhud, 2003: 88, merupakan metode kuliah di mana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk dihadapan kiai yang menerangkan pelajaran. Penerapan metode ini yaitu para santri mengikuti pelajaran dengan duduk menghadap kiai yang menerangkan secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan mencatat arti dari makna kitabnya masing-masing (maknai), dan biasanya Ustad atau kiai menerjamahkan/mengartikan kitabnya perkalimah (perkata) dengan menggunakan bahasa daerah.
  4. Metode sorogan adalah aktivitas pengajaran dimana setiap santri menghadap kyai atau ustadz secara bergiliran untuk membaca di hadapannya sebagai cara pengecekan penguasaan santri terhadap materi kitab yang sudah dibacakan atau di jelaskan sebelumnya. Jika santri dianggap sudah menguasai materi, maka ditambah lagi materi berikutnya (Abdul Mughits: 2008: 151). Metode ini dilakukan dengan cara Face to Face atau dengan cara santri membacakan kitab atau al qur’annya langsung di hadapan ustad atau kyai.

Metode sorogan ini adalah metode yang banyak digunakan di lembaga pendidikan keagamaan seperti TPA, Madrasah, Pesantren dan lain-lain, khususnya di Pondok Pesantren Assalafiyah, karena metode ini adalah salah satu metode klasik yang pernah digunakan pada ulama-ulama terdahulu dalam menerapkan pemblajaran, dan metode ini pun pernah diterapkan oleh Nabi SAW kepada sahabat beliau yaitu Abdullah bin Mas’ud RA. Pada waktu itu, di suatu tempat Nabi SAW mendengar sahabat Abdullah Bin Mas’ud RA tengah membaca Al qur’an dan terdengar oleh Nabi SAW kemudian Nabi SAW memanggilnya dan memerintahkannya untuk membacakan al qur’an tersebut dihadapan beliau serta mengeceknya apakan sudah sempurna atau belum karena pada saat itu sahabat Abdullah Bin Mas’ud RA masih sangat muda blia. Sehingga dengan metode inilah Nabi SAW bias menyimak dan memberikan pengarahan kepada sahabat Abdullah Bin Mas’ud RA secara langsung. Kisah ini membuktikan bahwa metode sorogan merupakan metode yang efektif dalam memberikan pengajaran kepada peserta didik, sehingga peserta didik bias merasakan perubahan dalam pembelajarannya secara langsung. Pondok Pesantren Assalafiyah adalah salah satu lembaga pendidikan islam yang masih eksis dalam mempertahankan metode sorogan ini sejak awal didirikan sampai sekarang, dan metode ini digunakan khususnya dalam pengajian Al qur’an dan pengajian madrasah (kitab-kitab) yang di terapkan di sana, oleh karena itu metode ini dijadikan metode utama di lembaga tersebut, alasannya meninjau beberapa keunggulan yang ada didalamnya, diantaranya  adalah :

  1. Kuatnya Interaksi antara ustadz dengan santri
  2. Mudahnya para santri untuk dibimbing dan diarahkan
  3. bisa mengevaluasi hasil belajar secara langsung
  4. Adanya komunikasi yang baik
  5. Terdapat kesan yang kuat

Dari keunggulan metode tersebut maka tumbuhlah perhatian besar seorang ustadz/kiai kepada santrinya sehingga hubungan emosional keduanya pun akan terjalin, dan dengan terjalinnya hubungan emosional tersebut, seorang ustadz/kiai akan lebih mudah untuk membrikan motivasi dan nasihat pada santrinya, maka pada akhirnya rasa ta’dzim atau hormatnya seorang santri pada ustadznya/kiainya akan tumbuh, sikap patuh akan perintahustadz/kiai pun akan timbul dan hubungannya keduanya pun akan harmonis bagaikan orang tua dan anak. ini merupakan konsep pembentukan karakter santri melalui metode sorogan yang di terapkan di lembaga pendidikan Pondok Pesantren Assalafiyah Sidamulya. Disamping itu pula dalam penerapan metode sorogan ini sudah barang tentu dibarngi dengan tata tertib yang berlaku yang harus diindahkan oleh peserta didik/santri yang ada disana seperti menggunakan pakaian rapih dan sopan, tidak berebut giliran dan menjaga kesopanan dalam berprilaku dalam melaksanakan pembelajaran, tujuannya agar supaya pembelajaran tetap efektif, penuh hidmat dan sakral.

(Santri Abah KH. Haromain)